Senin, 09 Januari 2012

Pro Kontra Makan Telur. Sehatkah?

Pemerhati kesehatan yang baik,
 
Artikel tentang manfaat telur sering dipublikasi di mana-mana. Kalau kita cari dengan “google searchâ€, kita akan mendapatkannya banyak sekali artikel yang mendukung manfaat telur. Sebuah penelitian yang pernah dipublikasi oleh Sekolah Kesehatan Publik HARVARD (Harvard School of Public Health) pun seakan mengatakan bahwa seakan manfaat pola makan rendah lemak dan rendah kolesterol hanyalah merupakan mitos belaka1). Tapi, pada artikel yang sama yang dipublikasi oleh Havard SPH tersebut, mereka juga buru-buru mengatakan bahwa tingginya kasus penderita payudara dan ‘usia menopause dini’ yang terjadi bukanlah karena tingginya lemak atau kolesterol tetapi karena daging merah, susu dan telur yang mereka konsumsi karena hewan ternak tersebut mendapatkan asupan hormon pertumbuhan yang tinggi2)sepanjang hidupnya.
 
Telur Mengandung Lemak yang Berbahaya untuk Tubuh
 
Oleh karena itu, mari kita memikirkannya lebih panjang. Soal lemak lagi, misalnya. Kita memang memerlukan lemak untuk meneruskan signal-signal saraf, membantu penyerapan vitamin dan berbagai keperluan lain. Tetapi, kita tidak memerlukan sebesar yang banyak orang kira, dan sesungguhnya kita hanya memerlukannya dalam jumlah yang sangat-sangat sedikit. Lemak sulit dicerna dan hanya memperberat kerja liver dan organ tubuh yang lain.  Kelebihan lemak hanya akan membuatnya tersimpan dalam jaringan tubuh sehingga memperberat semua kinerja tubuh dan tentu saja membuat penampilan menjadi sangat tidak baik.
 
Teori tentang Manfaat Telur dan ‘Publikasi tentang Mitos Kolesterol oleh Uffe Ravnskov pada tahun 1991’3) menggegerkan banyak praktisi kesehatan. Tetapi agaknya, karena banyak sekali data yang tidak diungkap dan lepas dari penelitian lebih lanjut maka berita tentang hal itu menjadi menurun dan tidak populer. Sekalipun badan Pengawasan Obat (FDA) di AS sendiri membuat batasan asupan lemak yang begitu tinggi, orang-orang di negara maju mulai mengerti tentang bahaya kolesterol dan berusaha keras menghindarinya  (tambahan: sekurangnya dalam pikiran).
 
Kalau sebutir telur saja mengandung 5 gram lemak (seperti disebutkan pada teori tentang manfaat lemak), betapa besar lemak yang sudah kita masukkan ke dalam tubuh dengan hanya mengkonsumsi 1 telur. Apalagi, seperti disebutkan pula, bahwa 1,5 g di antaranya merupakan lemak jenuh, lemak yang sangat berbahaya bagi tubuh kita. Apalagi juga, kalau telur itu digoreng atau digunakan sebagai bahan pembuat roti atau cake, minyak goreng atau butter atau margarine yang dipanaskan itu akan menambah akumulasi minyak jenuh dan juga minyak trans yang sangat buruk bagi tubuh.
 
 
Telur Matang  Tidak Bermanfaat untuk  Kesehatan Mata
Telur Mentah Mengandung Bakteri Salmonela

Disebutkan pada teori Manfaat Telur bahwa telur sangat baik untuk kesehatan mata. Katanya, sebutir telur tiap hari dapat mencegah terjadinya degenerasi makula (degenerasi pada retina membuat penderita tidak bisa melihat sesuatu dengan tajam,  yang biasanya terjadi karena pengerasan arteri yang membawa nutrisi dan oksigen ke retina) dan dikatakan pula bahwa ada penelitian yang menyebutkan bahwa orang yang makan sejumlah telur tiap hari akan mengurangi resiko terjadinya kanker. Alasannya, sekalipun tidak diragukan lagi bahwa kuning telur mengandung kolesterol buruk yang tinggi, kuning telur juga mengandung dua zat karotenoid, terutama lutein dan zexanthin, yang sangat berguna sebagai zat anti kanker,  zat anti penuaan dan terutama sangat baik untuk kesehatan mata, karena mengandung anti-radikalbebas yang sangat banyak dan menjadi sumber vitamin A.

Tetapi, dua zat bermanfaat tadi akan hilang atau rusak bila dipanaskan atau melalui proses pasteurisasi sehingga berbagai manfaatnya untuk mata dan sebagai anti radikal bebas menjadi hilang. Padahal telur yang tidak dimasak atau dipasteurisasi terlebih dahulu sangat berbahaya untuk kesehatan kita terutama bila kondisi tubuh kita sedang kurang fit. Berita yang dipublikasi oleh Sekolah Harvard pada tanggal 3 September 20106) menyebutkan bahwa sebagian besar penduduk Amerika Serikat jauh lebih berhati-hati mengkonsumi telur dan mengecek kemungkinan kontaminasi salmonela pada stok telur mereka di rumah.
Bakteri salmonella di dalam telur akan berkembang dengan cepat pada temperatur ruang. Orang yang terinfeksi bakteri salmonella kebanyakan akan diare, muntah demam dan kram perut selama 12  hingga 72 jam dan terkadang bisa sampai 7 hari jika tidak mendapatkan perawatan yang baik. Pada beberapa kasus juga menyebabkan kematian. Beberapa lagi juga menyebabkan nyeri pada persendian, iritasi pada mata, sakit waktu kencing dst yang dikenal dengan gejala Reiter, dan hal ini bisa berlangsung beberapa bulan hingga beberapa tahun, serta terkadang menjadi arthritis kronis yang sulit disembuhkan4).

Nah, mana yang kita pilih, telur mentah yang mengandung karotenoid tetapi beresiko terinfeksi bakteri salmonella atau telur matang yang sudah kehilangan karotenoid? Mengapa kita tidak memilih sumber karotenoid yang lebih aman dan lebih baik, yaitu dari bayam, lobak hijau, sawi hijau, selada romaine, zukini, jagung, kecambang brusels, paprika kuning, jeruk peras, jeruk keprok dst5)?

Karotenoid hanya terdapat pada kuning telur padahal justru kuning telurlah yang banyak mengandung kolesterol. 27% lemak yang ada pada telur (utuh) adalah lemak jenuh yang mengandung kolesterol jahat (LDL)7) dan semuanya ada pada kuning telur. Kolesterol ini juga justru memperparah terjadinya kerusakan mata seperti katarak dan degenerasi yang lain.

Telur Mengandung Vitamin D?

Benar, kalau tidak dimasak. Tetapi begitu dipanaskan, semuanya menjadi rusak. Sebuah pilihan yang sulit antara resiko mengandung salmonela kalau tidak dipanaskan dengan baik dan kehilangan vitamin D bila dipanaskan.  Mendapatkan vitamin D dari matahari secukupnya tentu merupakan pilihan yang jauh lebih bijak ketimbang mengkonsumsi telur dan produk yang mengandung telur.
 
Bagaimana dengan Telur Organik ?

Telur organik tidak membuat telur terbebas dari salmonella. Bahkan pada tahun 2009 di AS, pernah terjadi penarikan telur organik coklat karena terkontaminasi organik8).  Organik hanya membatasi bahwa induk ayamnya tidak diberikan tambahan hormon pertumbuhan. Tetapi bagaimana dengan pakan ternak, bagaimana dengan air di sekitarnya? Semua pestisida, polutan dari air, racun dari lingkungan yang tidak bersih akan terakumulasi dalam jaringan tubuh ayam ternak (sekalipun organik) dan akhirnya diteruskan ke dalam telur-telur organik yang dijual bebas. Karena jarang manusia yang langsung keracunan telur, maka kandungan polutan-polutan berbahaya di dalam telur itu lepas dari pengawasan Badan Obat dan Makanan hampir di seluruh dunia. Bila kita rutin mengkonsumsi telur atau mengkonsumsi produk yang mengandung telur maka secara tidak langsung kita akan mengakumulasikan semua racun itu di dalam tubuh kita dan racun itu tidak pernah hilang dengan pemanasan atau
obat-obatan. Tetapi sayangnya, begitu mereka menderita kanker, lumpuh, artritis dan berbagai penyakit degenerasi yang lain, mereka juga tidak pernah tahu atau mengingat bahwa itu terjadi akibat pola makan yang keliru yang mereka terapkan sebelumnya dan, ironisnya, selama dalam pengobatan pun mereka tetap menambah asupan racun ke dalam tubuh melalui pola makan yang keliru. Sungguh memprihatinkan! 

Mengkonsumsi telur dan produk telur juga meningkatkan resiko berbagai penyakit seperti alergi, tekanan darah tinggi ,kanker, diabetes,   arteroklorosis serta juga mendukung terjadinya perusakan lingkungan yang sangat-sangat besar. 

Menghindari telur dan produk yang mengandung telur merupakan tindakan yang sangat bijak untuk tubuh kita sendiri, untuk kesehatan masyarakat maupun untuk lingkungan dan perekonomian.

Semoga kita semua makin bisa jeli memilih mana yang pantas disebut makanan dan yang sesungguhnya bukan makanan kita..,
makin bisa bertindak ramah lingkungan dengan memilih makanan yang tidak mendukung terjadinya perusakan lingkungan yang demikian hebat
dan 
tentu saja
selamat selalu bugar tanpa obat dan suplemen!

1 komentar:

  1. Hai pa Saulus, proficiat ya dengan tips kesehatannya. Baru sempat bacanya semua, tetapi masih kurang banyak.

    Nanti ya saya share tentang penyakit kanker darah yang saya alami sekarang ini. Saya sudah sembuh. Next time better. GBU

    BalasHapus