Tidak makan makanan berjiwa, tidak selalu sehat. Pola Makan yang diatur pun perlu pengetahuan yang benar-benar ketat. Mau sehat ? Ternyata bukan cara yang sederhana ... tapi demi anak-istri-suami pokoknya keluarga. Yuk kita belajar ... nah artikel yang baru saya terima
Subject:
Mengapa para vegetarian juga bisa kegemukan, menderita rematik, stroke, diabetes atau kanker?
Mengapa para vegetarian
juga bisa kegemukan, menderita rematik, stroke, diabetes atau kanker?
Peternakan dan perikanan memang merupakan
pencemar lingkungan terbesar selama sejarah peradaban manusia. Peternakan dan
perikanan juga merupakan lebih dari 80% kontributor ‘global warming (GW)’. GW
merupakan penyebab 90% bencana alam yang makin sering terjadi di Bumi ini.
Oleh karena itu, menjadi vegetarian atau
menghindari semua produk hewani merupakan suatu keharusan mutlak jika kita
ingin melindungi Bumi dan mencegah terjadinya bencana yang makin parah, yaitu
supaya para pengusaha perusak lingkungan (peternak dan nelayan) mengganti
usahanya ke bidang yang ramah lingkungan. Menjadi vegetarian juga merupakan
pola hidup yang mutlak harus kita lakukan jika kita ingin mewariskan Bumi yang
indah ini kepada generasi mendatang. Pola hidup tanpa produk hewani juga merupakan
keharusan bagi para penyayang hewan dan mereka yang ingin menyebarkan
cinta-kasih kepada sesama, kepada Bumi dan kepada apa saja.
Tidak ada dalih apapun
yang pantas dibuat untuk menunda menjadi vegetarian.
Tetapi, mengapa sejumlah vegetarian justru
menjadi gemuk ketika mereka mengubah pola makannya menjadi vegetarian dan
beberapa dari mereka juga terkena stroke, kanker dan diabetes? Mari kita
perhatikan beberapa hal berikut ini.
Kenyataan bahwa vegetarian yang mendapat
masalah kesehatan, seperti :
- Steve Job, vegan dan meninggal karena kanker pankreas
- Linda McCartney, akitifis vegan, isteri pendiri
Organisasi Vegan terbesar di dunia (PETA), meninggal karena kanker payudara
hingga
- isteri mantan ketua organisasi vegetarian Indonesia, meninggal karena kanker payudara
- mantan ketua organisasi itu, vegetarian, menderita
stroke
- berbagai tokoh
gizi vegetarian Indonesia, cenderung badannya menjadi tambun
- banyak vegetarian, ‘yang lain yang tidak
terkenal yang kita jumpai’, justru menjadi gemuk atau menderita berbagai
penyakit kronis tersebut,
tentu tidak mengubah keyakinan bahwa produk
hewani merupakan pemicu begitu banyak masalah kesehatan. Mereka yang menjadi
gemuk, sakit, atau bahkan cepat meninggal setelah menjadi vegetarian tentu
terjadi bukan karena ‘vegetarian’nya. Sangat-sangat banyak juga yang menjadi
vegetarian dan terutama melakukan pola makan segar lalu langsing atau sembuh
dari berbagai penyakit kronis. Lalu, apa kesalahan para vegetarian yang menjadi
gemuk atau justru menjadi sakit tersebut?
Banyak sekali yang bisa memicu mereka
menjadi sakit karena sebenarnya seperti juga pola makan segar.
Vegetarian bukanlah obat, tetapi
sekedar pola hidup yang lebih ramah lingkungan dan lebih sehat belaka.
Stres berkepanjangan, kurang olah raga yang
tepat, terlalu capai, salah makan, pola makan yang buruk dst. itulah yang menjadi
contoh pemicu-pemicunya.
Tetapi, bagaimana para vegetarian bisa
melakukan pola makan yang salah dan bagaimana mengatasinya?
Kelebihan Lemak atau Kelebihan Berat Badan
Jangan hanya sekedar terpaku pada perbandingan
BMI (body mass index) saja, tetapi
begitu perut mulai tambun, tidak lurus lagi dibanding bagian atas atau
bawahnya, itu sudah merupakan pertanda bahwa kita kelebihan lemak. Padahal kita
tahu, selain tidak sedap dipandang, kelebihan lemak merupakan pemicu berbagai
penyakit kronis.
Mereka yang mengkonsumsi produk hewani,
tentu lemak itu berasal dari daging, susu, telur dan ikan yang mereka konsumsi.
Namun tentu tidak hanya itu, para vegetarian pun bisa mendapatkan terlalu
banyak lemak.
Kalau daging dan produk hewani memang sulit
dicerna dan tetap bertahan lama di dalam perut sehingga terkadang sampai begitu
membusuk baru bisa mencapai proses pengeluaran, makanan vegetarian relatif
lebih cepat dicerna sehingga sisanya juga lebih cepat sampai pada proses
ekskresi. Oleh karena itu, produk hewani lebih membuat perut terasa lama
kenyang dibandingkan dengan makanan vegetarian. Para vegetarian lalu merasa bahwa perutnya bisa segera diisi kembali
setelah sejumlah makanan dilahapnya, dan inilah yang membuat mereka kelebihan
makan dan akhirnya membuat mereka kelebihan lemak.
Banyak pengetahuan tentang nutrisi yang
keliru yang membuat mereka lalu terobsesi untuk makan lebih banyak dan bahkan
terlalu sangat banyak. Para ahli nutrisi mengemukakan kebutuhan nutrisi
berdasarkan statistik para pengkonsumsi produk hewani dan sebagian besar data
yang mereka peroleh dibuat atas dorongan industri peternakan dan perikanan
serta industri obat. Mulai dari protein, karbohidrat, kalsium, vitamin B12
hingga omega 3, EPA dan DHA, menjadi senjata untuk membuat orang ketakutan
meninggalkan produk hewani.
Mereka menyangka bahwa dengan meninggalkan
produk hewani maka mereka akan banyak kehilangan nutrisi. Banyak vegetarian
yang lalu mengkonsumsi berbagai macam suplemen begitu beralih menjadi
vegetarian. Kalau tidak, mereka akan cenderung banyak sekali mengkonsumsi
produk yang terbuat dari kedelai, mulai dari tahu, tempe hingga susu soya.
Hampir semua produk yang beredar sekarang
selalu mengandung produk kedelai (emulsifier,
arabic gum dst). Lagi-lagi iklan begitu berpengaruh pada masyarakat luas,
yaitu bahwa kedelai merupakan salah satu ‘makanan kesehatan’. Padahal istilah ‘makanan
kesehatan’ itu sendiri benar-benar justru ‘tidak
menyehatkan’, membuat banyak orang lalu berpikir keliru tentang makanan.
Kalau mereka sakit atau merasa dirinya lemah, mereka lalu makan banyak-banyak.
Mereka tidak pernah berpikir dengan demikian mereka juga memaksa pencernaan
bekerja terlalu berat dan membuat tubuh makin capai dan lemah. Mereka hanya
berpikir tentang ‘makanan baik’ dan ‘makanan buruk’.
Padahal,seperti
juga obat, tidak ada satu jenis makanan pun yang bisa membuat orang sehat atau
sembuh dari penyakit. Kita hanya berupaya untuk mengurangi gejala
penyakit, mengurangi racun yang masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh masih punya
kesempatan untuk memperbaiki dirinya sendiri sehingga menjadi sehat, bugar dan
kuat kembali.
Omega-3 dan Minyak Baik
Mereka menyangka bahwa ikan salmon adalah ‘makanan baik’ karena
mengandung omega-3 dan tidak pernah menyadari bahwa sesungguhnya lemak ikan
salmon tetaplah lemak dan omega-3 di dalamnya hanyalah sebagian sangat kecil
saja.
Mereka menyangka bahwa segelas susu soya penuh dengan protein bisa
membuat mereka menjadi bertambah sehat, tanpa menyadari bahwa sesungguhnya
mereka memasukkan terlalu banyak protein dan kalori. Mereka tidak pernah
mengira bahwa sebagian besar orang justru menderita sakit akibat ‘kelebihan
protein atau memasukkan protein yang tidak bisa terserap oleh tubuh dengan baik’
ketimbang ‘kekurangan protein’.
Karena pandangan tentang ‘makanan kesehatan’ dan makanan ‘baik’ atau ‘buruk’
yang selalu terbersit di banyak orang, mereka juga menyangka bahwa extract virgin olive oil (minyak zaitun) atau minyak
salad (minyak kedelai) adalah sangat baik untuk kesehatan mereka. Sekalipun
memang jauh lebih sedikit mengandung racun daripada mayonaise yang terbuat dari
telur dan susu, tetapi mayonaise vegan tetap juga mengandung terlalu banyak lemak, gula dan cuka. Begitu mereka makan
salad yang menyegarkan, mereka lalu merusaknya dengan mayo atau dressing yang sesungguhnya
sangat tidak bersahabat dengan tubuh kita. Sayang sekali, mereka telah
menyirnakan kesegaran dan energi matahari yang berada pada sayur segar dengan
memasukkan begitu banyak lemak dan gula
ke dalam tubuh. Kesegaran energi matahari itu tak pernah sempat dinikmati oleh
tubuh karena mereka terpaksa berjuang keras mencerna lemak, protein, gula dan
cuka yang masuk ke dalam tubuh.
Paradigma
tentang Nutrisi
Seharusnya para ahli nutrisi mulai mengalihkan perhatian mereka sehingga mereka tidak terpaku dengan kebutuhan
nutrisi tetapi seberapa besar mereka kehilangan nutrisi. Mereka harusnya
punya formula matematis yang lebih lengkap, tidak sekedar berpikir bahwa ‘bila
sakit, bila capai’ maka tubuh perlu perbaikan sel-sel dan karena protein lah
yang sangat berperan untuk proses perbaikan itu maka lalu tubuh memerlukan
asupan protein lebih banyak. Mereka juga harus memperhitungkan berapa besar
tubuh harus bekerja keras akibat terlalu banyak protein yang dimasukkannya dan
berapa banyak benda asing yang merangsang terjadinya autoimun yang ada dalam asupan suplemen vitamin atau makanan yang
masuk ke dalam tubuh.
Sekalipun Amerika Serikat merupakan negara yang menghabiskan anggaran paling
besar untuk penelian tentang kanker, tetapi SAD
(Standar American Diet) sendiri justru berperan besar pada tiap penyakit yang
muncul yang mereka teliti dengan biaya dan anggaran yang sangat besar. SAD sendiri
justru membuat krisis kesehatan di Amerika Serikat makin meningkat.
Mereka juga harus lebih memperhatikan berapa banyak bayi-bayi yang baru
lahir yang menderita diabetes, kanker dan berbagai penyakit lain dan tidak
sekedar mengkambinghitamkan bahwa semua itu karena masalah genetika belaka.
Banyak pengetahuan nutrisi yang berkembang dan justru membingungkan serta
membuat orang menjadi ragu untuk memilih pola makan yang tepat. Pengetahuan itu
juga sering membuat orang malah cenderung menjadi sakit dan tentu tidak bugar
lagi.
Mereka juga lalu membuat orang bertanya tentang ‘darimana mendapat protein,
kalsium, omega-3, vitamin B-12?’ ketimbang berapa banyak lemak, berapa besar
kelebihan protein, berapa besar tubuh dapat menyerap nutrisi dari makanan yang
mereka konsumsi.
Lebih lanjut, ikuti tulisan-tulisan tentang protein, omega-3, vitamin B12 dst yang
mungkin tak kita duga sebelumnya.
dan jangan lupa ....
- penuhi kebutuhan kalori kita dengan buah segar manis tak berlemak,
lengkapi kebutuh vitamin dan mineral tubuh dengan sayur segar berwarna hijau,
ciptakan cita rasa makanan kita dengan maksimal sejumput biji atau sesedok teh minyak
segar
- cukup paparan sinar matahari
- cukup berolahraga yang baik
- bersyukur kepada Tuhan
lalu nikmatilah hidup segar bugar sepanjang masa tanpa obat dan tanpa
suplemen!
Selamat
makin sehat, kuat dan bugar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar